STUDY KASUS
LINGKUNGAN DAERAH
ALIRAN SUNGAI (DAS)
OLEH :
1.HERNI LA ANDO
2.RIP’A SUNETH
3.YUNA WALLY
4.MUHAMMAD NAYA
5.SAMI MUSLATUBUN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGAM STUDI BIOLOGI
UNIVERSITAS
DARUSSALAM AMBON
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
,karena atas limpahan rahmat dan Inayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah mata kulia Biologi yang di embangkan kami yaitu studi kasus
tentang”LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI”.
Makalah ini di buat agar kita dapat
mengetahui lingkungan daerah aliran
sungai ,yang menjadi objek penelitian kami .kami menyadari bahwa tugas
makalah ini belum lengkap atau masih jauh dari bentuk kesempurnaan .oleh sebab
itu,kelompok kami sangat mengharapkan masukan berupa kitik dan saran yang sifat
nya membangun dari semua kalangan terutama dari dosen selaku dosen pembimbing
yang mengajar mata kuli ini,serta teman-temanguna melengkapi makalah-makalah
yang berikut nya.
Dengan demikian,kami mengucapkan terima
kasih atas partisipasi baik dari semua pihak
Tulehu,16
April 2013
DAFTAR ISI
Kata
pengantar...................................................................................................................................
Daftar
isi............................................................................................................................................
BABI PENDAHULUAN.................................................................................................................
1.1 Pembahasan..................................................................................................................................
1.2 Masalah.......................................................................................................................................
1.3 Metode.........................................................................................................................................
1.4 Visi,tujuan dan ruang lingkup daerah aliran
sungai.....................................................................
BAB II KESIMPULAN DAN DAFTAR PUSTAKA....................................................................
2.1
kesimpulan...................................................................................................................................
22.
daftar
pustaka..............................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pembahasan
DAS merupakan
suatu gabungan sejumlah sumberdaya darat, yang saling berkaitan dalam suatu
hubungan saling tindak (interaction) atau saling
tukar (interchange). DAS dapat disebut suatu dan
tiap-tiap sumberdaya penyusunnya menjadi anaksistemnya (subsystem),
atau anasirnya (component). Kalau kita menerima DAS sebagai suatu
sistem maka ini berarti, bahwa sifat dan kelakuan DAS ditentukan bersama oleh
sifat dan kelakuan semua anasirnya secara terpadu.
Sumber daya
darat yang menjadi anasir DAS ialah iklim, atau lebih tepat disebut iklim
hayati (bioclimate), timbulan, geologi, atau sumberdaya mineral,
tanah, air (air permukaan dan air tanah), tetumbuhan (flora), satwa (fauna),
manusia, dan berbagi sumberdaya budaya, seperti sawah, ladang, kebun,hutan
budaya dsb. Kehadiran tanah dan wataknya ditimbulkan oleh faktor-faktor iklim,
tetumbuhan, timbulan dan geologi (untuk sementara waktu tidak diperhatikan
dalam pembicaraan tentang DAS, karena kedudukannya yang universal). Timbulan
dapat berdaya atas iklim hayati setempat, berupa penggantian (change) agihan
cacak (vertical distribution) suhu udara, agihan tempat (spatial
distribution) curah hujan, jumlah lengas mempen (effective moisture) dan
lama waktu penerimaan sinar matahari. Sebaliknya, iklim dan geologi menentukan
corak timbulan destruksional. Tanah dan timbulan menguasai keadaan hidrologi
permukaan, keadaan vegetasi dan keadaan sumberdaya budaya. Iklim ikut
mengendalikan keadaan vegetasi dan sumberdaya budaya. Iklim ikut mengendalikan
keadaan vegetasi dan sumberdaya budaya.
Daerah aliran sungai adalah suatu
wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang
berasal dari curah hujan ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan
pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan.
Istilah Daerah
Aliran Sungai (DAS) banyak digunakan oleh beberapa ahli dengan makna atau
pengertian yang berbeda-beda, ada yang menyamakan dengan cacthment area,
watershed, atau drainage basin. Menurut Notohadiprawiro (1985) Daerah Aliran
Sungai merupakan keseluruhan kawasan pengumpul suatu sistem tunggal, sehingga
dapat disamakan dengan cacthment area. Martopo (1994), memberi pengertian
bahwa, Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang dibatasi oleh topografi
pemisah air yang terkeringkan oleh sungai atau sistem saling berhubungan
sedemikian rupa sehingga semua aliran sungai yang jatuh di dalam akan keluar
dari saluran lepas tunggal dari wilayah tersebut. Soemarwoto (1985),
mengemukakan batasan DAS adalah suatu daerah yang dibatasi oleh igir-igir
gunung yang semua aliran permukaannya mengalir ke suatu sungai utama. Atas
dasar difinisi tersebut diatas maka Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat diartikan
sebagai kesatuan ruang yang terdiri atas unsur abiotik (tanah, air, udara),
biotik (vegetasi, binatang dan organisme hidup lainnya) dan kegiatan manusia
yang saling berinteraksi dan saling ketergantungan satu sama lain, sehingga merupakan
satu kesatuan ekosistem, hal ini berarti bahwa apabila keterkaitan sudah
terselenggara maka pengelolaan hutan, tanah, air, masyarakat dan lain-lain
harus memperhatikan peranan dari komponen-komponen ekosistem tersebut.
Secara sektoral
pengelolaan kom-ponen ekosistem tidak menemui banyak masalah artinya mudah
untuk dilaksanakan, misalnya pengelolaan hutan dengan mempertimbangkan
keserasian lingkungan. Akan tetapi apabila pengelolaan hutan dikaitkan juga
dengan pengelolaan komponen yang lain seperti, tanah, air dan kegiatan
masyarakat sebagai satu kesatuan dengan mempertimbangkan masalah lingkungan,
maka penyelesaiannya menjadi tidak mudah. Oleh karena itu keterkaitan diantara
komponen tersebut harus dikaji lebih lanjut dan dirinci untuk tiap-tiap komponen
ekosistem. Sasaran tersebut dapat dicapai apabila ada penataan ekosistem, dan
kegiatan ini tidak dilakukan pada pengelolaan sektoral.
Seperti diketahui
bersama bahwa kondisi umum yang ada selama ini, konsep pembangungan
berkelanjutan hanyalah sebagai kebijaksanaan saja. Namun, di dalam prakteknya
justru pengelolaan sumberdaya alam yang tidak terkendali dengan akibat
Kerusakan lingkungan yang dapat meng-ganggu kelestarian alam.
Menurut Haeruman (1979), pengelolaan terpadu pada dasarnya
merupakan pengembangan keserasian tujuan antar berbagai sistem pengelolaan
sumberdaya alam. Bilamana suatu obyek dikelola oleh banyak pengelola sesuai
dengan keterkaitan dan kepentingannya terhadap obyek yang dikelola itu. Lebih
lanjut Haeruman mengatakan, bahwa keterpaduan di dalam pengelolaan kegiatan
harus dapat terciptakan:
·
terkoordinasinya para
pengelola suatu obyek saling kait-mengkait dalam suatu sistem untuk mencapai
suatu kerasian tujuan;
·
memadukan setiap usaha
pemanfaatan penataan, pemeliharaan, pengawasan dan pengendalian serta
pengembangan yang didasarkan pada unsur keterkaitan atau ketergantungan dari
obyek yang dikelola. Sementara Copeland (1961) mengatakan, bahwa pengelolaan
DAS adalah merupakan ilmu terapan untuk perlindungan, perbaikan, dan pengelolaan
DAS, dan obyek dasarnya adalah meningkatkan suplai air, mengurangi kisaran
aliran maksimum dan minimum, mengurangi hasil sedimen dan meningkatkan kualitas
air untuk berbagai penggunaan.
Notohadiprawiro (1985) berpendapat bahwa pengelolaan DAS harus
diselenggara-kan secara terpadu, karena :
·
adanya keterkaitan antara berbagai kegiatan dalam pengelolaan
sumberdaya alam dan pembinaan aktivitas manusia dalam penggunaannya;
·
dari segi jenis ilmu yang mendasarinya, pengelolaan DAS bercirikan
multidisiplin;
Pesatnya
perkembangan industri dan peningkatan jumlah penduduk telah memacu penggunaan
air, baik berupa air tanah maupun air permukaan. Hal ini merupakan ancaman bagi
ketersediaan air maupun kualitas air. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka
kebutuhan air yang berasal dari air permukaan akan meningkat pula. Kebutuhan
air untuk irigasi dari tahun ke tahun juga bertambah, demikian pula kebutuhan
air untuk industri diperkirakan akan mengalami peningkatan pula.
Kondisi
kekritisan sumber air, keadaannya sudah mulai tampak dari sekarang, dimana
beberapa daerah perkotaan kekurangan air untuk industri terutama pada musim
kemarau, seperti di Maluku khususnya kota Amb0N.
GAMBAR 1.1 : sungai
batu merah ambon,maluku.
Adapun
pengelolaan sumberdaya air, harus memperhatikan:
·
keterpaduan pengelolaan
sumberdaya air permukaan dan air bawah tanah serta kemungkinan pemanfaatan air
laut secara lintas sektoral;
·
pengelolaan sumberdaya air
dilakukan secara terpadu dalam pemanfaatannya melalui penataan ruang wilayah;
·
mengatur pemanfaatan air
secara efisien;
·
pembentukan tim koordinasi
untuk kegiatan koordinasi yang melibatkan berbagai instansi terkait.
Undang-undang tentang pengelolaan Daerah
Aliran Sungai (DAS)
v Keputusan Presiden REPUBLIK INDONESIA Nomor 9 tahun
1999
v Pemerintah
REPUBLIK INDONESIA nomor 38 tahun 2011
1.2 Masalah
Permasalahan utama
dalam pembangunan pengelolaan DAS adalah belum mantapnya institusi dan lemahnya
sistem perencanaan yang komprehensif. Meskipun upaya-upaya pengelolaan DAS di
Indonesia telah cukup lama dilaksanakan, namun karena kompleksitas masalah yang
dihadapi hasilnya belum mencapai yang diinginkan, terutama yang berkaitan
dengan pembangunan sumberdaya manusia dan kelembagan masyarakat. Kemiskinan
sering dianggap sebagai salah satu penyebab kemerosotan lingkungan dan dampak
negatif dari pembangunan. Sebaliknya kemerosotan daya dukung lingkungan dapat
menjadi penyebab muncul dan berkembangnya kemiskinan. Untuk mengatasi
kemiskinan, pendekatan harus dapat dilekatkan dalam berbagai program
pembangunan, maupun sebagai program yang khusus dan eksplisit.
1.3Metode
Metode yang kami lakukan dalam penulis
laporan ini adalah observasi langsung ke lapangan dan kepustakaan.
1.4 visi,tujuan
dan ruang lingkup daerah aliran sungai
Visi pengelolaan DAS
untuk 20 tahun ke depan adalah mewujudkan kondisi DAS yang optimal untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara rinci visi tersebut dapat
diuraikan sebagai tujuan pengelolaan DAS yang meliputi:
1.
Lahan yang produktif dan berkelanjutan sesuai dengan daya dukungnya. Setiap pengguna
lahan hendaknya secara rasional memanfaatkan lahannya menurut kelas kemampuan dan kesesuaian lahannya sehingga
produktivitasnya termasuk 7 keanekaragaman hayati baik di kawasan lindung
maupun di kawasan budidaya tetap dapat dipertahankan, tidak terjadi erosi yang
melebihi tingkat yang dapat ditoleransikan dan tidak terjadi kerusakan lahan.
2.
DAS yang mempunyai tutupan vegetasi tetap yang memadai dan aliran (debit) air
sungai stabil dan jernih tanpa ada pencemaran air. Penggunaan lahan yang
rasional dan proporsional yang ditumbuhi vegetasi yang memadai akan
meningkatkan resapan air ke dalam tanah dan mengurangi aliran permukaan dan
sedimentasi sehingga fluktuasi debit aliran sungai akan relatif kecil dan
merata sepanjang tahun (water yield mencukupi kebutuhan) dengan kualitas yang
baik.
3.
Kesadaran, kemampuan dan partisipasi aktif para pihak termasuk masyarakat di
dalam pengelolaan DAS semakin lebih baik.
4. Kesejahteraan masyarakat yang
lebih baik. Pemanfaatan sumberdaya alam dalam DAS secara bijaksana dan berkelanjutan diharapkan dapat
mensejahterakan masyarakat melalui barang dan jasa yang dihasilkan DAS.
Apabila
tujuan pengelolaan DAS tersebut tercapai dengan baik maka kinerja pengelolaan
DAS dapat dinilai dan diukur secara kuantitatif sehingga dapat dipahami oleh
semua pihak. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu banyak kegiatan yang
dilakukan di dalam DAS, namun secara garis besar ruang lingkup kegiatan
pengelolaan DAS meliputi :
1.
Penatagunaan lahan (landuse planning) untuk memenuhi berbagai kebutuhan barang
dan jasa serta kelestarian lingkungan.
2.
Penerapan konservasi sumberdaya air untuk menekan daya rusak air dan untuk
memproduksi air (water yield) melalui optimalisasi penggunaan lahan.
3.
Pengelolaan lahan dan vegetasi di dalam dan luar kawasan hutan (pemanfaatan,
rehabilitasi, restorasi, reklamasi dan konservasi).
4.
Pembangunan dan pengelolaan sumberdaya buatan terutama yang terkait dengan konservasi
tanah dan air.
5.
Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kelembagaan pengelolaan DAS.
BAB II
KESIMPULAN
DAN DAFTAR PESTAKA
2.1
Kesimpula
DAS
merupakan suatu gabungan sejumlah sumberdaya darat, yang saling berkaitan dalam
suatu hubungan saling tindak (interaction) atau
saling tukar (interchange). Pengelolaan DAS tidak lain daripada
kegiatan penata-gunaan lahan dalam ruang lingkup DAS. Maka dari itu pengelolaan
DAS selalu akan melibatkan manusia dengan manusia dengan kecakapannya
mengalihkan teknologi menjadi teknologi tepat-guna dan ketrampilannya
menjabarkan teknologi menjadi sejumlah peranti teknik (technical devides) yang
mempan. Tatacara (procedure) yang
sering dipakai dalam pengelolaan fisik DAS termasuk dalam dua macam metoda,
yaitu metoda biologi dan metoda mekanik. Peran
yang dimainkan oleh wetlandss dalam pengelolaan DAS sangat penting yakni,
melindungi kualitas air dan kuantitasnya dalam jumlah yang cukup.
Istilah Daerah Aliran Sungai (DAS) banyak digunakan oleh
beberapa ahli dengan makna atau pengertian yang berbeda-beda, ada yang
menyamakan dengan cacthment area, watershed, atau drainage basin. Menurut
Notohadiprawiro (1985) Daerah Aliran Sungai merupakan keseluruhan kawasan
pengumpul suatu sistem tunggal, sehingga dapat disamakan dengan cacthment area.
2.2. daftar pustaka
- Notohadiprawiro.
T. Jurnal Pengelolaan Daerrah Aliran Sungai Dan Program Penghijauan.
Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UGM
- Razak.
A. Makalah Peranan Lahan Basah (WESTLAND) Dalam Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai (DAS). Program Pasca Sarjana / S2 – Program Studi Manjemen
Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta